Sabtu, 30 April 2011

Bioteknologi Tani

 PRODUK BIOSAFETY CINA Berpotensi Ancam Pertanian Indonesia
Penulis : Admin

Produk pertanian bersertifikat keamanan hayati (biosafety) yang dikeluarkan oleh Cina berpotensi mengancam sektor pertanian di Indonesia. Produk tersebut adalah padi biotek tahan hama dan jagung biotek pitase.

“Produk tersebut akan menjadi ancaman terbesar bagi pertanian Indonesia setelah pemberlakuan perdagangan bebas Asean-Cina awal 2010”, ujar Ketua Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia (PBPI), Bambang Purwantara, pada konferensi pers seminar Global Overview Biotech/GM Crops 2009 di Jakarta.

Dikatakannya, ancaman tersebut dikarenakan setelah pemberlakuan perdagangan bebas Asean-China maka produk bioteknologi China akan mudah masuk ke Indonesia. Selain itu, dengan penggunaan bioteknologi biaya produksi mereka akan makin murah sehingga harga produknya pun demikian. “Padahal padi di Indonesia merupakan komoditas yang sangat penting dan secara global dikonsumsi oleh setengah penduduk dunia, sedangkan jagung merupakan komoditas utama untuk pakan ternak di dunia,”kata Bambang.

Ia mencatat, Cina hanyalah satu dari 16 negara yang menanam tanaman biotek di tahun 2009, sedangkan pertumbuhan tanaman biotek telah meningkat secara substansial di negara-negara berkembang sebanyak 13 % atau 7 juta hektar pada 2009 dibandingkan hanya 3 % atau 2 juta hektar dinegara-negara maju. “Hasilnya 46 persen dari luasan global tanaman biotek ditanam di negara-negara berkembang dan dilakukan oleh sekitar 15 juta jiwa petani kecil”, ujarnya.

Bambang, mengatakan antisipasi yang bisa dilakukan untuk mencegah membanjirnya benih-benih impor asal cina tersebut adalah dengan mempercepat pengembangan bioteknologi di Indonesia. “Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah petani Indonesia menjadi pembeli produk-produk pertanian asing adalah dengan penguatan pada investasi sumber daya manusia, riset, teknologi dan kapasitas kelembagaan”, ujarnya.

Bambang juga menambahkan pembentukan Komisi Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan sebagai amanat PPno 21/2005 perlu segera direalisasikan.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Sumber Daya Manusia, Eri Sofiari, mengatakan Kementerian Pertanian tidak pernah anti kepada pengembangan Bioteknologi di Indonesia. “Kementerian Pertanian tetap melakukan pendekatan kehati-hatian dalam mengadopsi bioteknologi dan menerima benih-benih transgenik dari luar”, jelasnya.

Sedangkan Ketua International Service for The Acquisition of Agribiotech Application (ISAAA), Clive James, mengatakan satu saat kedepan, Indonesia bersama Vietnam, Bangladesh dan Pakistan akan menjadi negara baru yang mengadopsi bioteknologi secara besar-besaran. “Pengembangan bioteknologi tidak harus dilakukan melalui penemuan-penemuan baru dari luar negeri, yang paling penting adalah penguatan faktor sumberdaya manusia dan riset teknologi didalam negeri”, ujarnya.

0 komentar:

Posting Komentar